LAPORAN AKHIR MATA KULIAH
AVERTEBRATA AIR
Laporan Ini
Disusun Guna Memenuhi Tugas
Final Mata Kuliah Avertebrata Air
Dosen Pengampu : Ardi Eko
Mulyawan, S.Pi, M.Si
DISUSUN OLEH :
Nama
: Supardi
Prodi
: Ilmu Kelautan
STK
: 215006
STITEK BALIK DIWA MAKASSAR
TAHUN AJARAN
2016
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim……
Segala
puji bagi Allah, Rabb seru sekalian alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa
tercurah atas junjungan kita, Nabi besar Muhammad SAW, keluaraga, para sahabat
dan segenap pengikutnya hingga hari kiamat kelak.
Avertebrata
air merupakan bagian dari beberapa kelompok hewan yang perlu kita ketahui.
Dengan mempelajari avertebrata air ini kita tidak hanya mengetahui apa itu
avertebrata tetapi kita juga akan mengetahui filum-filum yang ada pembagian
kalsifikasi, morfologi, system pencernaan, reproduksi, manfaat, dan masih
banyak lagi.
Dengan
penuh rasa syukur kepada Allah SWT, saya masih diberi nikmat kesehatan agar
dapat menyelsaikan laporan tugas final ini dengan baik. Walaupun masih banyak
kekurangan-kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan saran dan kritik dari
pembaca sekalian.
Assalamu’alaikum….
Makassar, 28 Juni 2016
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii
DAFTAR GAMBAR.................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN............................................................................. 1
1.1 Latar Belakang...................................................................................... 1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................... 1
1.3 Tujuan.................................................................................................... 2
1.4 Manfaat.................................................................................................. 2
BAB
II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................... 3
2.1 Coelenterata/Cnidaria............................................................. 3
2.2 Annelida..................................................................................... 6
2.3 Mollusca..................................................................................... 9
2.4 Crustacea................................................................................ 10
2.5 Echinodermata....................................................................... 12
2.6 Rhyconcoela........................................................................... 14
BAB III. PEMBAHASAN........................................................................... 17
3.1.1 Ubur-ubur ( Solanatrea sp )................................................ 17
3.1.2 karang.................................................................................... 19
3.2.1 Cacing Tanah (Lumbricus terretris).................................. 20
3.2.2 Lintah..................................................................................... 23
3.3.1
Siput....................................................................................... 26
3.3.2
Cumi-Cumi............................................................................ 29
3.4.1
Lobster................................................................................... 31
3.4.2
Rajungan............................................................................... 34
3.5.1
Bintang Laut......................................................................... 36
3.5.2
Bulu Babi............................................................................... 39
3.6.1
Lineus longissimus.............................................................. 42
BAB IV PENUTUP.................................................................................... 45
4.1
Kesimpulan.............................................................................. 45
4.2
Saran......................................................................................... 45
DAFTAR PUSTAKA................................................................................. 46
DAFTAR GAMBAR
Gambar 3.1.1 Solanastrea sp ................................................................. 17
Gambar 3.1.2 Karanng ............................................................................ 20
Gambar 3.2.1.1 Morfologi cacing tanah ............................................. 21
Gambar 3.2.2 Lintah ................................................................................ 24
Gambar 3.2.2.1 Morfologi
Lintah hlm ................................................... 25
Gambar
3.3.1 Siput kerucut...................................................................
27
Gambar 3.3.2.1 Morfologi cumi cumi ................................................... 29
Gamabar:
Morfologi lobster .................................................................... 32
Gambar
3.4.2 Rajungan ......................................................................... 34
Gambar 3.4.2.1 morfologi kepiting ........................................................ 35
Gambar : 3.5.1 Bintang laut .................................................................. 37
Gambar :3.5.1.1 Morfologi bintang laut ................................................ 37
Gambar : 3.5.2 Bulu Babi ....................................................................... 40
Gambar : 3.5.2.1 morfologi
bulu babi ................................................... 40
Gambar 3.6.1 Lineus longissimus ......................................................... 42
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Avertebrata air adalah hewan yang tidak bertulang
belakang. Avertebrata terdiri dari beberapa filum, yaitu platyhelminthes (cacing
pipih), echinodermata (hewan kulit duri), mollusca (hewan lunak), dan
arthropoda (hewan kaki berbuku-buku) dan
masih banyak lagi yang lainnya.
Setiap
mahasiswa dituntut untuk meningkatkan kemampuannya dalam mengetahui dan memahami semua jenis Avertebrata air. Dengan adanya laporan yang diberikan kepada mahasiswa
dapat lebih meningkatkan pengetahuan tentang berbagai macam jenis filum dan
berbagai spesiesnya. Para mahasiswa diharapkan
dapat mengetahui anomalia ataupun variasi-variasi struktural pada hewan
tersebut membina kemampuan dalam menafsirkan perbedaan yang tampak antara
struktur yang khas yang ditunjukkan hewan tertentu, dibandingkan dengan
struktur umum yang berlaku bagi kelompoknya. Sehubungan hal tersebut, maka
suatu laporan akhir mata kuliah Avertebrata air perlu
dilakukan agar dapat mememami dan mengetahui
kembali hewan-hewan
avertebrata di habitatnya dan hal-hal penting yang merupakan ciri khasnya.
1.2 Rumusan Masalah
Ø Jelaskan
mengenai hewan coelenterata, Annelida, Mulusca, Crustasea, Echinodermata, dan
Rhynchocoela berdasarkan klasifikasinya, morfologi, system pencernaan,
reproduksi, saraf, dan manfaatnya bagi kehidupan.
Ø Jelaskan
2 hewan dari masing – masing filum Coelenterata, Annelida, Mulusca, Crustasea,
Echinodermata, dan Rhynchocoela berdasarkan morfologi, system saraf,
pencernaan, reproduksi, dan manfaat bagi kehidupan.
1.3 Tujuan
Ø Dapat menjelaskan ciri-ciri
morfologi, fisiologi yang dimiliki oleh beberapa hewan avertebrata.
Ø Dapat membandingkan struktur khas yang dimiliki oleh
beberapa hewan avertebrata air dengan struktur
umum yang dimilikinya.
Ø Dapat menjelaskan manfaat yang dimiliki setiap spesies
dari filum yang ada.
1.4 Manfaat
Ø Dapat lebih mengenal hewan-hewan avertebrata air, misalnya
dalam ciri-ciri morfologi yang dimiliki oleh avertebrata air dalam beberapa
filum.
Ø Dapat lebih jelas dalam menerapkan dasar ilmu teori
avertebrata yang dimiliki dalam kehidupan nyata.
Ø Dapat mengidentifikasi hewan avertebrata air yang telah diketahui
BAB
II
TINJAUAN
PUSTAKA
2.1 Coelenterata/Cnidaria
Coelenterata adalah hewan
yang tidak mempunyai rongga tubuh yang sebenarnya dimiliki hanyalah sebuah
rongga sentral yang ada di dalam tubuh yang disebut coelenteron. Dalam
kenyataan coelenteron merupakan alat yang berfungsi ganda, yaitu sebagai alat
pencerna makanan dan sebagai alat pengedar sari-sari makanan ke seluruh
sari-sari makanan ke seluruh bagian tubuh (Maskoeri : 1992).
2.1.1
Morfologi
Coelenterata umumnya
berukuran besar sehingga mudah terlihat oleh orang-orang yang berjalan-jalan di
pantai dan para pecinta alam pantai yang ingin mempelajari hewan ini.
Kedekatannya dengan manusia di laut ditunjukkan oleh kemampuan sementara
kelompok hewan ini yang dapat menyebabkan hancurnya kapal jika tertabrak
kumpulan hewan ini, contohnya terumbu karang. Kelompok hewan lain juga dapat
menyebabkan kematian orang karena tersengat hewan ini, contohnya Portuguese
man o‘war (Hashim, 1993).
Coelenterata adalah
golongan plankton yang bersifat carnivora. Hewan ini menagkap mangsanya
dengan tentakel yang dilengkapi dengan sel-sel penyengat yang dinamakan nematocyst.
Sebenarnya medusa yang umum terdapat di lautan mempunyai ukuran yang besar.
Sepintas bentuk mereka hampir menyerupai medusae, tetapi kenyataannya
tubuh mereka terdiri dari gabungan beberapa individu (zooid) yang
mungkin mempunyai fungsi yang berbeda satu sama lain. Misalnya yang satu
berfungsi sebagai alat untuk berkembang biak (Hutabarat, 1985).
Coelenterata tidak
mempunyai organ khusus untuk respirasi dan eksresi dan tidak mempunyai darah.
Ruang pencernaan dengan hanya satu pintu. Beberapa jenis Coelenterata,
seperti Hydra, Aurelia, rongga tersebut dimodifikasi sehingga
menjadi banyak kantung dan saluran-saluran pencernaan. Semua Coelenterata
mempunyai sel penyengat yang dinamakan nematosista (nematocyt), yang
menjadi alat untuk menyerang dan mempertahankan diri (Romimohtarto,
2001).
Menurut Suhardi
(1982), filum Coelenterata (Cnidaria) memiliki beberapa ciri yang
antara lain :
Ø Tubuh bersifat
simetrik radial.
Ø Tipe tubuhnya
ada 2 macam :
·
Bentuk polip: hidup berkoloni dan sessile
(hidup melekat pada substrat).
·
Bentuk medusa : biasa hidup bergerak.
Ø Mempunyai nematosis
(sel beracun).
Ø Rongga
pencernaan berbentuk kantong dan bersifat gastrovaskuler, jadi berfungsi
ganda di samping berfungsi sebagai tempat pencernaan makanan juga berfungsi
sebagai pengedar zat makanan.
Ø Mulut
dikelilingi tentakel.
Ø Belum terdapat
anus, kepala dan organ-organ lain.
Ø Semua hidup di dalam
air, terutama di air laut.
2.1.2
Sistem
Pencernaan
Cnidaria adalah karnivora yang menggunakan tentakel yang tersusun dalam suatu
cincin di sekitar mulut untuk menangkap mangsa dan mendorong makanan ke dalam
rongga gastrovaskuler, tempat pencernaan dimulai. Pada
coelenterata mangsa dicerna di dalam rongga gastrovaskular yang berfungsi
sebagai usus dan dapat dibagi menjadi dua yaitu pencernaan ekstraseluler dan
pencernaan intraseluler. Pencernaan secara ekstraseluler yaitu dengan bantuan
enzim yang terdapat pada gastrosol atau coelenteron yaitu semacam kantung yang
berbatasan dengan gastrodermis. Sedangkan pencernaan secara intraseluler dengan
cara dicerna oleh vakuola makanan yang terdapat di dalam rongga gastrovaskular,
rongga ini dipisahkan oleh penyekat. Dalam rongga gastrovaskular makanan akan
dicerna dengan sehingga menghasilkan sari makanan yang akan diedarkan ke
seluruh tubuh secara difusi. Sisa-sisa makanan yang tidak tercena dikeluarkan melalui mulut dan anus.
Tentakel dipersenjatai dengan deretan knidosit, sel-sel khas yang berfungsi
dalam pertahanan dan penangkaan mangsa. (Campbell, dkk, 2003)
A. aurita (Linnaeus) makan setiap meso dan
makro-zooplankton sebagai mangsa (Omori et al. 1995). Pemeriksaan dari kantong
makanan A. aurita (Linneaus) dari Suez Canal engungkapka
bahwa mereka menelan hapir semua zooplanton di lapangan, termasuk ciliata dan copepoda. (El-Serehy, 2005)
2.1.3 Sistem Reproduksi
Reproduksi coelenterata dapat
terjadi secara aseksual dan seksual. Reproduksi secara Aseksual (Vegetatif)
dilakukan dengan cara membentuk tunas(kuncup) pada umumnya terjadi pada fase
polip, tunas ini semakin lama semakin besar dan semakin banyak sehingga
membentuk koloni.
Pada reproduksi secara Seksual
(Generatif) pada coelenterata dilakukan dengan cara membentuk gamet. Gamet
dihasilkan oleh seluruh coelenterata yang berbentuk atau mengalami fase medusa dan ada beberapa pada fase polip.
Pada fase medusa terbentuk testis dan ovarium yang menghasilkan sperma dan
ovum. Letak testis di dekat tentekel sedangkan ovarium di dekat kaki. Pada
prosesnya sperma yang telah masak akan keluar dan berenang hingga menuju ovum,
ovum yang dibuahi akan membentuk zigot. Zigot
ini kemudian akan terus tumbuh di dalam ovarium hingga menjadi larva
bersilia (planula) yang kemudian akan berenang meninggalkan induk dan membentuk
polip di dasar perairan. Pada sebagian hewan yang termasuk filum coelenterata
akan mengalami metagenesis, yaitu perkembangbiakan secara seksual yang diikuti
oleh perkembangbiakan secara aseksual dalam satu generasi secara bergantian. Reproduksi
seksual dilakukan dengan bertemunya sperma dan ovum.Sperma dihasilkan oleh
testis dan ovum oleh ovarium.Coelenterata meliputi berbagai macam hewan air,
misalnya hewan tumbuhan (hewan yang nampakanya seperti tumbuhan), Aurelia
aurita, binatang karang, anemone laut, polip dan lain-lain. ( yusminah :
2007).
2.1.4 Sistem Saraf
Coelenterata memiliki sistem saraf
difus yang sederhana yang tersebar dan berbentuk anyaman seperti jala, bagian
ini terdapat pada lapisan mesoglea (mesolamela), sistem saraf berfungsi
mengendalikan gerakan dalam merespon rangsangan (sugiarto:2005).
2.1.5
Manfaat
bagi Kehidupan
Ø Sebagai
bahan makanan pada ubur-ubur, anemone/mawar laut.
Ø Terumbu
karang berfungsi sebagai tempat perkembangbiakan ikan-ikan laut, jika memiliki
terumbu karang yang eksotik.
Ø Sebagai
bahan dapur seperti batu karang.
Ø Pantai dengan
karang yang indah dapat dijadikan objek wisata.
Ø Dijadikan
tempat untuk menyalurkan hobby para penggemar snorkling dan diving. (Winarni, 2011)
2.2 Annelida
Annelida dalam bahasa latin, annulus
= cincin, atau
cacing gelang adalah kelompok cacing dengan tubuh bersegmen. Berbeda dengan
pltyhelminthes dan nematyhelminthes,
annelida merupakan hewan triploblastik yang sudah memiliki rongga tubuh sejati
atau hewan selomata. Namun annelida merupakan hewan yang struktur tubuhnya
paling sederhana. Filum annelida terdiri dari cacing berbuku-buku seperti
cacing tanah. Perkembangan buku-buku badan ini memungkinkan adanya pembentukan
fungsi yang berbeda dalam ruas badan (segmentasi) yang berbeda. Annelida memiliki coelom yang besar
untuk mengakomodasi organ dalam yang lebih kompleks. Terdapat sekitar 12,000
jenis di laut, air tawar, dan daratan, terbagi menjadi tiga kelas (Alvyanto, 2010:31).
2.2.1 Morfologi
Tubuh Annelida bersegmen bundar
memanjang atau tertekan dorsoventral. Memiliki alat gerak yang berupa bulu-bulu
kaku (setae) pada setiap segmen. Polychaeta dengan tentakel pada kepalanya dan
setae pada bagian tubuhnya yang menonjol ke lateral, atau lobi lateral yang
disebut parapodia. Tubuh tertutupi oleh kutikula yang licin yang terletak di
atas ephitelium yang bersifat glanduler, sudah mempunyai rongga tubuh dan
umumnya terbagi atas septa, saluran percernaan yang lengkap, tubuler, memanjang
sesuai dengan sumbu tubuh.
2.2.2 Sistem saraf
Saraf pusat ini pejal dan
berpasangan, seperti Arthropoda. Sangatlah sukar untuk menghindari kesan bahwa Annelida
dan Arthropoda lebih banyak serupa daripada Arthropoda dan Chordata. Kebanyakan
Annelida hidupnya akuatik. Beberapa spesies yang hidup di laut mencapai
kepanjangan sampai hampir satu meter. Annelida laut yang berenang-renang pada
permukaan laut dapat menyebabkan timbulnya cerita-cerita tentang ular laut.
Tetapi banyak Annelida laut membenamkan dirinya dalam pasir atau lumpur. Dari
tempat persembunyiannya ini Annelida tadi menjulur dan menangkap hewan-hewan
yang lewat dengan rahangnya yang tajam. Beberapa Annelida yang membenamkan
diri, mempunyai insang seperti bulu-bulu yang warnanya sangat bagus. Insang ini
adalah satu-satunya bagian yang tampak oleh mangsanya yang lewat (Sastrodinoto
1998: 162).
2.2.3 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan annelida sudah
lengkap, terdiri dari mulut, faring, esophagus (kerongkongan), usus, dan anus.
Cacing ini sudah memiliki pembuluh darah sehingga memiliki sistem peredaran
darah tertutup. Darahnya mengandung hemoglobin, sehingga berwarna merah.
Pembuluh darah yang melingkari esophagus berfungsi memompa darah ke seluruh
tubuh. Sistem saraf annelida adalah sistem saraf tangga tali. Ganglia otak
terletak di depan faring pada anterior. Ekskresi dilakukan oleh organ ekskresi
yang terdiri dari nefridia, nefrostom, dan nefrotor. Nefridia
(tunggal-nefridium) merupakan organ ekskresi yang terdiri dari saluran.
Nefrostom merupakan corong bersilia dalam tubuh (Anonim b 2012: 2).
2.2.5
Sistem
Reproduksi
Annelida
umumnya bereproduksi secara seksual dengan pembantukan gamet, memiliki klitelum
sebagai alat kopulasi. Klitelum = struktur reproduksi yang mengsekresi cairan
& membentuk kokon tempat deposit telur. Namun ada juga yang bereproduksi
secara fregmentasi, yang kemudian beregenerasi. Organ seksual Annelida ada yang
menjadi satu dengan individu (hermafrodit) dan ada yang terpisah pada individu
lain (gonokoris) melalui larva trochophore berenang bebas (Suwignyo dkk., 2005)
2.2.6
Manfaat
bagi Kehidupan
Menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Dalam aktivitasnya dapat mengeluarkan
lendir yang nantinya lendir tersebut dimakan oleh mikroorganisme sehingga
keberadaan cacing di dalam tanah dapat memberikan makan bagi mikroorganisme
tanah. Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup,tetapihanya makan bahan organic
mati,baik sisa-sisa hewan maupun tumbuhan.
Umumnya bersarang dan membawa
makanannya kedalam liang tanah,kemudian memakannya bersama dengan tanah kedalam
mulutnya.akibat dari aktivitas ini terjadi perpindahan tanah lapisan bawah ke
lapisan atas. Adanya liang-liang yang menyebabkan system aerasi dan drainase
tanah menjadi lebih baiksehingga tersedianya O2 dan aktivitas keluar masuk
siang yanh membawa seresah serta adanya sekresi lendir yang menempel di
dinding liangnya. (Adianto.
1983).
2.3 Mullusca
Mollusca adalah hewan lunak dan
tidak memiliki ruas. Tubuh hewan ini tripoblastik { mempunyai 3 lapisan
lembaga, yaitu ektoderm (lapisan luar), mesoderm (lapisan tengah) dan endoderm
(lapisan dalam) }, bilateral simetri, umumnya memiliki mantelyang dapat
menghasilkan bahan cangkok berupa kalsium karbonat. Cangkok tersebut berfungsi
sebagai rumah (rangka luar) yang terbuat dari zat kapur misalnya kerang tiram,
siput sawah dan bekicot.(Drs. Adun Rusyana, M.Pd. : 86)
2.3.1
Morfologi
Bentuk tubuh oval, pipih
dorso-ventral, simetri bilateral, terdiri dari kaki, kepala dan massa visceral
yang dilindungi oleh mantel. Di bagian orsal tubuh terdapat cangkang yang
terdiri dari 8 buah keeping yang tersusun tutup menutup. Kepala terdapat di
ujung depan yang tidak begitu nyata, tanpa mat dan tentakel Di bagian ventral
terdapat kaki berotot yang pipih dan berlendir
2.3.2 Sistem Pencernaan
Mollusca mempunyai alat pencernaan yang
sempurna mulai dari mulut yang mempunyai radula (lidah perut) sampai dengan
anus terbuka didaerah rongga mantel. Pernapasan dilakukan dengan menggunakan
insang atau “paru-paru”, mantel atau oleh bagian epidermis. Alat eksresi berupa
ginjal. Sistem syaraf terdiri atas tiga pasang ganglion yaitu ganglion
cerebral, ganglion visceral dan ganglion pedal yang ketiganyadi hubungkan oleh
tali-tali saraf longitudinal. (Drs. Adun Rusyana, M.Pd. : 87).
2.3.3 Sitem syaraf
Mollusca
terdiri dari cincin syaraf. Sistem syaraf ini mengelilingi esofagus dengan
serabut saraf yang menyebar. Sistem pencernaan mollusca sudah terbilang lengkap
terdiri dari mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Mollusca juga memiliki
lidah bergerigi yang berfungsi untuk melumatkan makanan. Lidah bergerigi itu
disebut radula. Mollusca yang hidup di air bernafas dengan insang yang berada
pada rongga mantel.
2.3.4 Sistem Reproduksi
Mollusca
bereproduksi secara seksual. pada umumnya organ reproduksi jantan dan betina
pada umumnya terpisah pada individu lain (gonokoris). Namun, meski begitu jenis
siput tertentu ada yang bersifat Hermafrodit. Fertilisasi dilakukan secara
internal ataupun eksternal sehingga menghasilkan telur. Telur tersebut berkembang
menjadi larva dan pada akhirnya akan menjadi mollusca dewasa.
2.3.5 Manfaat Mollusca dalam Kehidupan
Ø Sebagai penyeimbang dalam
ekosistem
Ø Sebagai sumber
makanan yang mengandung protein
Ø Sebagai penghasil mutiara
2.4 Crustasea
Dalam bahasa Latin,
crusta berarti cangkang. Crustacea disebut juga hewan
bercangkang. Telah dikenal kurang lebih 26.000 jenis Crustacea yang paling umum
adalah udang dan kepiting. Habitat Crustacea sebagian besar di air tawar dan
air laut, hanya sedikit yang hidup di darat. Kelompok ini mencakup hewan-hewan
yang cukup dikenal seperti lobster, kepiting, udang, udang karang, serta teritip . Crustacea
mayoritas merupakan hewan air, baik air
tawar maupun laut, walaupun beberapa kelompok telah beradaptasi dengan
kehidupan darat, seperti kepiting darat. Kebanyakan anggotanya dapat bebas bergerak,
walaupun beberapa takson bersifat parasit dan hidup dengan menumpang pada inangnya (Wikipedia,
2010).
2.4.1 Morfologi
Tubuh Crustacea terdiri atas dua bagian,
yaitu kepala dada yang menyatu (sefalotoraks) dan perut atau badan belakang
(abdomen). Bagian sefalotoraks dilindungi oleh kulit keras yang disebut karapas
dan 5 pasang kaki yang terdiri dari 1 pasang kaki capit (keliped) dan 4 pasang
kaki jalan. Selain itu, di sefalotoraks juga terdapat sepasang antena, rahang
atas, dan rahang bawah. Sementara pada bagian abdomen terdapat 5 pasang kaki
renang dan di bagian ujungnya terdapat ekor. Pada udang betina, kaki di bagian
abdomen juga berfungsi untuk menyimpan telurnya. Tubuh Crustacea bersegmen
(beruas).
Pada bagian kepala terdapat beberapa
alat mulut, yaitu:
Ø pasang antena
Ø 1 pasang mandibula, untuk menggigit
mangsanya
Ø 1 pasang maksilla
Ø 1 pasang maksilliped
Maksilla dan maksiliped berfungsi
untuk menyaring makanan dan menghantarkan makanan ke mulut. Alat gerak berupa
kaki (satu pasang setiap ruas pada abdomen) dan berfungsi untuk berenang,
merangkak atau menempel di dasar perairan.
2.4.2 Sistem Pencernaan
Crustacea memiliki system pecernaan yang
sempurna, karena di tubuhnya sudah ada mulut dan anus.. Alat pencernaan berupa
mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya, sedangkan esophagus, lambung,
usus dan anus terletak di bagian posterior. Hewan ini memiliki kelenjar
pencernaan atau hati yang terletak di kepala – dada di kedua sisi abdomen.
2.4.3 Sistem Saraf
Sistem
saraf Crustacea disebut sebagai sistem saraf tangga tali, dimana ganglion
kepala (otak) terhubung dengan antena (indra peraba), mata (indra penglihatan),
dan statosista (indra keseimbangan).
2.4.4 Sistem
Reproduksi
Hewan ini bersifat hemaprodit. Alat
reproduksi pada umumnya terpisah, kecuali pada beberapa Crustacea rendah. Alat
kelamin betina terdapat pada pasangan kaki ketiga. Sedangkan alat kelamin
jantan terdapat pada pasangan kaki kelima. Pembuahan terjadi secara eksternal
(di luar tubuh).
2.4.5 Manfaat Crustacea Bagi Kehidupan:
Ø Sebagai bahan makanan berprotein
tinggi
Ø Sebagai zooplankton yaitu sumber
makanan ikan
2.4 Echinodermata
Echinodermata berasal dari
bahasa Yunani, echinos artinya duri dan derma artinya kulit. Echinodermata
dapat disebut hewan avertebrata berkulit duri (Louist, 1984).
2.5.1 Morfologi
Menurut Hicman
(2004) morfologi Filum Echinodermata
:
Ø Tubuhnya tidak
bersegmen dengan simetris radial, bersegi lima, atau berbentuk bintang dengan
lima atau lebih daerah ambulakral, berselang-seling dengan daerah interambulakral.
Ø Tidak mempunyai
kepala atau otak, beberapa spesies terspesialisasi organ sensorisnya, sistem
sensorisnya menggunakan tentakel, podia , pangkal tentakel, fotoreseptor dan
statosit.
Ø Sistem
pencernaannya telah lengkap aksial / bergelung .
Ø Tidak memiliki
anus.
Ø Bergerak dengan
kaki tabung dan durinya yang asalnya dari daerah ambulakral.
Ø Pernapasannya
dengan dermal branchiae, tube feet, respiratory tree (holothuroidea)
dan bursae (Ophiroidea).
Ø Tidak memiliki
organ eskresi.
Ø Tubuhnya
simetris bilateral dan radial.
Bentuk tubuh,
struktur anatomi dalam dan fisiologi Echinodermata sangat khas. Bentuk
tubuh simetri radial lima penjuru. Echinodermata termasuk divisi
bilateral. Echinodermata tidak mempunyai kepala, tubuh tersusun dalam
sumbu oral-aboral. Tubuh tertutup epidermis tipis yang
menyelubungi rangka mesodermal. Rangka didalam terdiri atas ossicle atau
pelat-pelat kapur yang dapat digerakkan atau tidak dapat digerakkan. Permukaan
tubuh terbagi menjadi lima bagian yang simetris, terdiri atas daerah ambulakral
tempat menjulurnya kaki tabung, dan daerah interambulakral (interradii)
yang tidak ada kaki tabungnya (Soemarwoto, 1980).
2.5.2 Sistem
Reproduksi
Echinodermata berkembang biak secara
seksual, yaitu hewan jantan dan betina yang melepaskan sel gametnya ke air
laut, dan proses fertilisasi yang berlangsung secara eksternal (di dalam air
laut).
2.5.3 Sistem Pencernaan
berupa mulut, esofagus, lambung, usus, dan anus. Dapat
dikatakan, sistem pencernaannya sudah sempurna. Tetapi tidak terdapat sistem
ekskresi pada hewan Echinodermata.
2.5.4
Sistem saraf Echinodermata
Echinodermata berkembang biak secara seksual,
yaitu hewan jantan dan betina yang melepaskan sel gametnya ke air laut, dan
proses fertilisasi yang berlangsung secara eksternal (di dalam air laut).
2.5.5 Manfaa dalam
kehidupan
Ø Bulu babi dapat diambil gonadnya
untuk dikonsumsi.
Ø Holothuria (mentimun laut)
diperdagangkan sebagai teripang kering atau kerupuk teripang. Hongkong
merupakan pusat perdagangan teripang dunia. Di negeri China, mentimun laut
dikeringkan dan dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan.
Ø Echinodermata memakan
bangkai-bangkai, sehingga pantai menjadi bersih.
2.6
Rhynchocoela
Rhynchocoela adalah terdiri atas dua kelas
yaitu Nemertina dan Nemertea yang memiliki tubuh langsing,
tidak beruas-ruas, mempunyai probiosis, saluran pencernaan lengkap, peredaran
darah tertutup, dan ada sekitar 650 spesies.
2.6.1
Morologi
Filum Rhynchocoela disebut Nemertea/
Nemertina. Bentuk tubuh panjang 2 cm - 2 m dan tidak beruas. Warna merah,
jingga, kuning, hijau, dan ada juga yang bergaris-garis. Rhynchocoela ini
memiliki proboscis (semacam belalai yang dapat dijulurkan untuk menangkap mangsa). Rhynchocoela
apabila diganggu akan memotong sebagian tubuhnya, bagian anterior melakukan
regenerasi, dan bagian probosicis yang putus dapat hidup kembali (Thiel, 1998).
2.6.2 Sistem
Pencernaan
Rhynchocoela memiliki sistem
pencernaan yang lengkap terdiri atas mulut di anterior yang berhubungan dengan
usus yang lurus sepanjang badan dan anus sepanjang posterior. Di belakang mulut
terdapat kerongkongan, kemudian perut lalu usus hingga anus. Pada saat makanan
dicerna, proboscis dan sistem pencernaan berkerja secara bersamaan (Thiel &
Raise, 1993).
2.6.3 Sistem
Reproduksi
Reproduksi
Rhynchocoela dilakukan dengan aseksual dan seksual, aseksual yaitu dengan cara
fragmentasi atau pembelahan tubuh, bagian tubuh Rhynchocoela kecil dari induk
yang akan tumbuh disebut cyst. Secara
seksual dilakukan dengan cara pembuahan. Perkembangan telur dapat terjadi
secara langsung maupun tidak langsung. Perkembangan secara langsung yaitu telur
dapat tumbuh langsung menjadi Rhynchocoela kecil, sedangkan secara tidak
langsung dengan cara, telur akan tumbuh menjadi larva dan perlahan-lahan akan mengalami
metamorfosis. Perkembangan secara tidak langsung ini, telur memiliki tiga macam
bentuk larva yaitu telur akan menjadi larva pilidium, desor atau iwata. Telur
yang akan menjadi larva pilidium terlihat seperti helm dengan lempengan silia.
Silia digunakan untuk bergerak secara teratur pada arus air kearah mulut, agar
makanan dapat masuk ke larva. Larva iwata hanya terjadi pada satu sepesies
yaitu micrura akkeshiensis dan dapat berenang bebas. Sedangkan larva desor
merupakan karakteristik dari lineus rubber, dan tidak dapat berenang. (Thiel & Raise, 1993).
2.6.4 Sistem
Saraf
Rhynchocoela memiliki system
jaringan syaraf yang sangat baik, dengan simpul syaraf pusat di kepala dan
suatu jaringan syaraf yang menghubungkan berbagai organ tubuh dengan sensor.
Rhynchocoela juga memiliki jaringan syaraf utama yang menghubungkan dengan
organ perasa. Organ perasa ini meliputi organ alir kepala hingga sensor lubang
kecil. Rhynchocoela juga memiliki banyak mata. Mata Rhynchocoela terletak dekat
syaraf pusat (Arkady, 2004).
2.6.5 Manfaat
Rhynchocoela lebih menyukai hidup
pada perairan bersih, sehingga dapat
digunakan sebagai bio indikator air bersih.
BAB III
PEMBAHASA
3.1 Coelenterata/Cnidaria
Hewan yang termasuk kedalaman filum Coelenterata yang saya jelaskan pada
laporan ini berdasarkan tinjauan pustaka adalah ubur-ubur dan karang.
3.1.1 Ubur-Ubur (Solanastrea
sp)


Gambar 3.1.1 Solanastrea sp
31.1.1
Morfologi
Tubuhnya berbentuk
seperti payung atau lonceng ukuran tubuhnya relative besar. Polip Aurelia berukuran kurang lebih 5 mm,
terikat pada suatu objek di dasar laut. Diameter tubuh biasanya berkisar antara
7,5 cm hingga 30 cm tapi ada juga yang mencapai 60 cm. Bentuk Ubur-ubur
memiliki mulut di tengah, dikelilingi oleh empat palps dan organ seks, terdapat empat
mulut pusat. ubur-ubur memiliki
tentakel pinggiran tepi. Ubur-ubur berenang dengan kontrak dan otot-otot.
Pada dinding delapan
sensitif terhadap cahaya, dan delapan statocysts, yang membantu
ubur-ubur mempertahankan diri. Organ
indra terjadi dalam delapan kantong sekitar tepi bel, dan di bawah dan sekitar
mulut biasanya terdapat empat lengan lisan, pada beberapa ubur-ubur raksasa, senjata-senjata
oral mungkin diperbesar sebanyak 40 meter panjang,. Ada juga renda kecil tentakel dari medusa. Lengan lisan dan sel-sel penyengat yang
disebut cnidocysit, terkenal yang digunakan baik untuk pertahanan dan untuk
melumpuhkan mangsanya.
3.1.1.2
Sistem
Pencernaan
Pada Aurelia aurita sistem
pencernaan makanannya bersistem gastrovaskuler. Dari tengah-tengah permukaan
tubuh sebelah bawah (permukaan oral atau permukaan sub-umbrella) muncullah
semacam kerongkongan pendek menggantung ke bawah yang disebut manubrium.
Di ujung distal manubrium terdapat lubang mulut berjumlah empat, setiap sisi atau
sudut mulut dilengkapi semacam juluran pita yang merentang panjang disebut
tangan mulut. Bulu-bulu getar yang menghiasi rumbai tangan mulut cukup selektif
dalam hal memilih makanan. Bahan makanan setelah masuk ke dalam perut kemudian
melalui lorong manubrium akan ditampung di dalam perut untuk digarap oleh
nematosit. Selanjutnya makanan itu dicampur dengan enzim yang dihasilkan oleh
sel kelenjar sehingga makanan yang berupa protein, karbohidrat, lemak, dan zat
kitin akan hancur.
3.1.1.3
Sistem
Reproduksi
Dalam bereproduksi, Aurelia
aurita memiliki kelamin yang terpisah, berarti ada Aurelia aurita jantan dan ada Aurelia
aurita betina. Spermatozoid yang dikeluarkan oleh Aurelia aurita
jantan lalu berenang-renang mencari tubuh Aurelia aurita betina. Bila
telah bertemu akan masuk ke dalam tubuh melalui mulut selanjutnya sampai ke
dalam enteron maka spermatozoid membuahi sel telur yang dihasilkan ovarium dan
terbentuklah zigot dan dikeluarkan kembali melalui mulut. Selanjutnya zygot akan berkembang menjadi larva yang
berambut getar disebut planula. Kemudian planula mengembara untuk
sementara waktu dan beristirahat mengikatkan diri pada suatu substrat yang
berada di dasar laut untuk tumbuh menjadi polip baru yang disebut scyphistoma.
Bila scyphistoma telah mencapai ukuran penuh (± 12 mm) maka akan membelah
secara transversal sehingga terbentuk setumpukkan ruas-ruas yang masing-masing
berbentuk seperti cakram, scyphistoma dalam fase demikian disebut strobila,
sedang bentuk cangkram sebagai hasil pembelahan dinamakan ephyra.
3.1.1.4 Sistem
Saraf
Sebuah cincin neuron terletak di pusat
bintang laut, dan bundel sederhana neuron yang disebut saraf radial membentang
dari cincin ke ujung setiap lengan. Dalam masing-masing kelompok, ekstensi
saraf radial membentuk jaring saraf seperti pada ubur-ubur. Pengaturan ini
memungkinkan gerakan terkoordinasi masing-masing lengan dan kaki tabung yang
terletak pada permukaan lengan.
Manfaat Bagi Kehidupan
Manfaat ubur-ubur bagi kehidupan antara lain:
1. Menurunkan resiko penyakit asma
2. Sumber omega 3
3. Mengatasi penyakit peradangan
4.
Mencegah penyakit jantung
3.1.2 Karang
Binatang karang adalah
pembentuk utama ekosistem terumbu karang. Binatang karang yang berukuran sangat
kecil, disebut polip, yang dalam jumlah ribuan membentuk koloni yang dikenal
sebagai karang (karang batu atau karang lunak). Terumbu adalah batuan sedimen
kapur di laut, yang juga meliputi karang hidup dan karang mati yang menempel
pada batuan kapur tersebut. Sedimentasi kapur di terumbu dapat berasal dari
karang maupun dari alga. Secara fisik terumbu karang adalah terumbu yang
terbentuk dari kapur yang dihasilkan oleh karang.
Gambar 3.1.2 Karanng
Di Indonesia semua terumbu berasal
dari kapur yang sebagian besar dihasilkan koral. Di dalam terumbu karang, koral
adalah insinyur ekosistemnya. Sebagai hewan yang menghasilkan kapur untuk
kerangka tubuhnya,karang merupakan komponen yang terpenting dari ekosistem
tersebut. Jadi Terumbu karang (coral reefs) merupakan ekosistem laut tropis
yang terdapat di perairan dangkal yang jernih, hangat (lebih dari 22oC),
memiliki kadar CaCO3 (Kalsium Karbonat) tinggi, dan komunitasnya didominasi
berbagai jenis hewan karang keras. (Guilcher, 1988).
Karang juga mempunyai beberapa tipe
ada yang dibedakan berdasarkan jenisnya dan tipe karang berdasarkan bentuknya.
3.2 Annelida
3.2.1 Cacing
Tanah (Lumbricus terretris)
Cacing tanah merupakan hewan tingkat
rendah karena tidak memiliki tulang belakang (vertebrata), umumnya disebut
invertebrata. Cacing tanah dimasukkan dalam kelompok atau filum Annelida.
Annelida berasal dari kata Annulus yang berarti cincin. Tubuh cacing tanah
terdiri dari cincin-cincin atau segmen-segmen.
Filum Annelida terbagi menjadi dua
kelas yaitu kelas Oligochaeta dan kelas Polychaeta. Oligochaeta memiliki banyak
seta dan Polichaeta memiliki seta yang sedikit. Cacing tanah memiliki rambut
yang keras dan pendek pada setiap segmennya. Rambut yang keras dan pendek
disebut seta(Campbell N, 2003).
Cacing tanah merupakan makhluk yang
telah hidup dengan bantuan sistem pertahanan mereka sejak fase awal evolusi,
oleh sebab itu mereka selalu dapat menghadapi invasi mikroorganisme patogen di
lingkungan mereka. Telah ditemukan bahwa cairan selom cacing tanah mengandung
lebih dari 40 protein(Hegner, 1968).
Pada studi tentang cacing tanah (Lumbricus
Terrestris), misalnya pengukuran pH tanah dapat memberikan gambaran
penyebaran suatu jenis cacing tanah (Lumbricus Terrestris). Cacing tanah
(Lumbricus Terrestris) yang tidak toleran terhadap asam, misalnya, tidak
akan ditemui atau sangat rendah kepadatan populasinya pada tanah yang asam.
Selain itu pengukuran faktor lingkungan abiotik pada tempat dimana jenis hewan
tanah kepadatannya akan sangat menolong dalam melakkukan penelitian (Muhammad, N.
1989).
3.2.1.1 Morfologi
Bentuk tubuh Lumbricus terrestris panjang, silindris dan pada ±2/3 bagian posteriornya memipih secara dorsoventral, Tubuh
bersegmen-segmen. Secara morfologis, hewan ini berwarna merah sampai biru
kehijauan pada sisi dorsal. Pada sisi ventral berwarna lebih pucat, umumnya
merah jambu atau atau kadang-kadang putih. Mulut terletak pada bagian ujung
anterior. Pada segmen 32 sampai 37 terdapat penebalan kulit yang dikenal
sebagai klitelium. Fungsi dari clitellum adalah untuk memperbesar lubang tanah.
Selain itu, clitellum juga berkaitan dengan pembentukan cocoon atau telur
cacing. Bagian belakang cacing yang dekat dengan anus disebut periproct.
Periproct berfungsi sebagai organ pembuangan cast atau kotoran.

Gambar 3.2.1.1
Morfologi cacing tanah
Pada setiap segmen terdapat 4 pasang
setae, kecuali pada segmen pertama dan
terakhir. Pada permukaan tubuh cacing tanah terdapat lubang-lubang muara yang
keluar dari berbagai organ tubuh, yakni mulut, anus, lubang dari duktus
spermatikus, lubang muara dari oviduk, lubang muara dari reseptakulum seminis,
pori dorsales, dan sepasang nefridiofor pada tiap segmen (Anonymous,
2011).
3.2.1.2 Sistem
Pencernaan
Alat pencernaan makanan pada cacing
tanah terdiri atas rongga mulut, faring berotot, esoffagus, tembolok, lambung
otot usus dan anus.
3.2.1.3 Sistem
Saraf
Sistem saraf pada cacing tanah
terdiri atas :
Ø Ganglion cerebrale, tersusun dari
dua kelompok sel saraf dengan commisuranya
Ø Berkas saraf sentralis dengan
cabang-cabangnya
3.2.1.4 Sistem
reproduksi
Cacing tanah (Lumbricus terrestris) bersifat hermafrodit. Sepasang ovarium
menghasilkan ovum dan terletak pada segmen ke-13. Testis terdapat pada rongga
yang dibentuk oleh dinding-dinding vesicular seminalis.Duktus spermaticus
keluar dari sisi caudal testis dan keluar pada segmen ke- 15. Walaupun cacing
tanah bersifat hermafrodit,namun tidak dapat melakukan perkawinan sendiri
karena tidak adanya saluran yang menghubungkan organ reproduksi jantan dan
betina (Anonymous,2012).
3.2.1.5 Peran Cacing Tanah Bagi Kesuburan Tanah
Menghancurkan bahan organik sehingga
memperbaiki aerasi dan struktur tanah. Akibatnya lahan menjadi subur dan
penyerapan nutrisi oleh tanaman menjadi baik. Keberadaan cacing tanah akan
meningkatkan populasi mikroba yang menguntungkan tanaman.
Cacing tanah dalam aktivitasnya
dapat mengeluarkan lendir yang nantinya lendir tersebut dimakan oleh
mikroorganisme sehingga keberadaan cacing di dalam tanah dapat memberikan makan
bagi mikroorganisme tanah. Cacing tanah tidak makan vegetasi hidup,tetapihanya
makan bahan organic mati,baik sisa-sisa hewan maupun tumbuhan.
Bahan organik dan tanah halus yang
dimakan kemudian dikeluarkan sebagai kotoran (ekskresi) atau casting yang
berupa agregat-agregat berbentuk granular dan tahan terhadap pukulan-pukulan
air hujan,serta banyak mengandung unsure hara yang siap tersedian bagi tanaman.
3.2.2 Lintah
Lintah
merupakan filum
annelida yang
jenisnya sedikit. Anggota kelas hirudinea hidup di lingkungan akuatik dan
terrestrial. Panjang Hirudinea bervariasi dari 1–30 cm. Sebagian besar
Hirudinea adalah hewan ektoparasit pada permukaan tubuh inangnya. Inangnya
adalah vertebrata dan termasuk manusia.
Gambar
3.2.2 Lintah
Hirudinea parasit hidup dengan
mengisap darah inangnya, sedangkan Hirudinea bebas hidup dengan memangsa
invertebrata kecil seperti siput. Contoh Hirudinea parasit adalah Haemadipsa
(pacet) dan Hirudo (lintah). Saat merobek atau membuat lubang, lintah
mengeluarkan zat anestetik (penghilang sakit), sehingga korbannya tidak akan
menyadari adanya gigitan. Setelah ada lubang, lintah akan mengeluarkan zat anti
pembekuan darah yaitu hirudin. Dengan zat tersebut lintah dapat mengisap darah
sebanyak mungkin.
3.2.2.1 Morologi
Hewan ini tidak memiliki parapodium
maupun seta pada segmen tubuhnya. Sekalipun dikenal dengan nama umum lintah
pengisap darah, bagian terbesar di antaranya tidak hidup sebagai ektoparasit.
Gambar
3.2.2.1 Morfologi Lintah
Tubuhnya pipih. Ukuran panjangnya
dari 1-2cm atau 5cm, walau ada yang mencapai 12cm, bahkan 30cm (Haemanteria
ghiliani dari daerah Amazon). Metamerisme sudah sangat tereduksi: segmen-segmen
ujung anterior (biasanya kecil) dan posterior (lebih besar) termodifikasi
manjadi alat penghisap yang digunakan untuk menempel dan bergerak. Jumlah
segmen tetap, yaitu 34, walau lapisan cincin sekunder di luarnya (annuli)
menyamarkan segmentasi primer tersebut. Clitteum dibentuk segmen-segmen IX,X
atau XI.
3.2.2.2 Sistem Pencernaan
Sistem pencernaan terdiri dari
mulut, faring, tembolok, lambung, rektum, anus. Anus terletak pada bagian
dorsal. Proses pencernaan penghisap anterior, mulut, faring, tembolok, usus-usus buntu, anus, penghisap posterior.
• faring otot yang dilengkapi rahang
bergigi /probosis berotot
Di kerongkongan tempat isapannya
terdapat tiga rahang yang berbentuk seperti setengah gergaji yang dihiasi
sampai 100 gigi kecil. Dalam waktu 30 menit lintah bisa menyedot darah sebanyak
15 ml – kuota yang cukup untuk hidupnya selama setengah tahun. Air ludahnya pun
mengandung zat aktif yang sekurang-kurangnya berisi 15 unsur. Contohnya, zat
putih telur hirudin yang bermanfaat untuk mengencerkan darah, dan mengandung
penisilin.
3.2.2.3 Sistem Reproduksi
Sistem
Reproduksi pada lintah yaitu dimana pada :
Ø Monoceous
Ø jantan: 4-12 pasang testis. 1 pasang
ductus spermaticus.
Ø betina: 2 ovarium & Oviduct yang
berhubungan dengan kelenjar albumin & vagina di median yang bermuara di
belakang porus genitalia jantan
Ø Tidak ada tingkat larva
Ø Lintah membentuk kokon yang
mengandung telur yang telah dibuahi & kokon akan diletakkan dalam
air/tanah.
3.2.2.4
Sistem Saraf
Ø Ruas 5 & 6 terdapat lingkar
saraf ganglia: “otak”
Ø Alat indera: mata & papilla
Ø Mata: fotoreseptor
Ø Papilla & sensila: tonjolan
kecil pada epidermis. Fungsi: alat peraba & perasa
3.2.2.5 Manfaat bagi Kehidupan
• Terapi medis (Hirudo medicinalis)
• Mengisap darah kerbau (Hirudo,
Macrobdella, Philobdella)
• Parasit pada ikan (Piscicolidae)
3.3 Mullusca
3.3.1 Siput
Conidae biasanya dikenal dengan
istilah cone shell yang artinya siput berbentuk kerucut. Family Conidae yang diperkirakan sekitar
500-600 spesies memiliki bentuk khas yang sama. Antara lain memiliki permukaan
penanpang atas yang datar, kerangka kerangnya berbentuk kerucut, dan memiliki
celah bibir yang panjang pada mulutnya yang terbentang dari atas ke bawah.
Beberapa spesies memiliki puncak cangkang di bagian apex yang mirip menara.
Memiliki cangkang yang halus dan juga terdapat yang berbentuk spiral, serta
dihiasi dengan pola gambar dan warna yang sangat bervariasi.

Gambar 3.3.1 Siput kerucut
Pada
family Conidae, Semua spesiesnya
adalah karnivora yakni dengan memakan
moluska lainnya, cacing dan ikan kecil, yang mereka mangsa dengan cara
memproyeksikan harpun berbisa yang terhubung ke otot kelenjar racun. Siput dalam keluarga
ini adalah pemangsa binatang. Mereka berburu dan
melumpuhkan mangsa dengan menggunakan dimodifikasi radular gigi bersama dengan kelenjar racun
yang mengandung neurotoksin , giginya diluncurkan keluar dari
mulut siput dalam harpun.
3.3.1.1
Morologi
Yang menjadi ciri khasnya adalah
sebagian besar Conus mengandung racun
yang berbahaya bagi manusia. Bentuk luar (morfologi) dari keong
genus conus dapat dikenal dari bentuk
cangkangnya.
Dalam keadaan hidup cangkang keong
ini ditutupi oleh semacam lapisan tipis seperti membran dan disebut mantel (periostracum). Mantel tersebut pada
umumnya berwarna kuning, tipis dan tembus pandang (transparan) dan ada juga
yang berwarna agak kemerahan. Bentuk umum conus menyerupai
kerucut. Bagian yang menyempit adalah bagian depan (anterior), sedangkan bagian
yang melebar merupakan pangkal cangkang yang merupakan bagian belakang
(posterior). Celah bibir (aperture) merupakan jalan keluar masuknya tubuh
organisme pada saat mereka bergerak maupun menghindarkan diri dari bahaya.
Pola
warna dan bentuk cangkangnya sangat bervariasi, sehingga dapat dijumpai
bermacam-macam bentuk cangkang dengan pola warna yang berbeda. Secara umum
bentuk cangkang siput famili Conidae
dapat dikelompokkan menjadi 4 tipe, yaitu : tumpul (conical), datar
(obconical), meruncing (biconical), dan lancip (turbinate).
3.3.1.2
Sistem Saraf dan peredaran darah
Sistem
Peredaran Darah Conus merupakan peredaran darah terbuka.
Prosesnya dapat dijelaskan sebagai berikut. Darah dikumpulkan di aurikel
kemudian dipompa oleh ventrikel jantung pada tekanan tinggi ke sebuah aorta.
Aorta terbagi menjadi sebuah aorta anterior yang akan mengedarkan darah ke kaki
dan kepala dan aorta posterior yang mengedarkan darah visera. Setelah itu darah akan kembali
melalui pembuluh darah yang terorganisir dengan baik di insang. Selanjutnya darah akan memasuki auricle jantung.
bertekanan tinggi dari daun telinga sebuah kekuatan ultrafiltrate dan bahan
larut ke dalam kantung perikardial. Dari kantung perikardial, saluran pendek
ultrafiltrate mengarah ke ginjal, dimana zat yang baik dan bermanfaat bagi
tubuh telah diserap, sedangkan sisanya yang tidak bermanfaat lagi akan keluar
dalam bentuk urin urin melalui saluran kencing yakni rongga mantel.
Siklus
Peredaran Darah
dalam kelas
gastropoda pada umumnya darah berisi
pigmen mengikat oksigen-samar biru, hemocyanin. Ini berfungsi seperti
hemoglobin merah mamalia yang memfasilitasi transportasi oksigen pada setiap
sel tubuh.
3.3.1.3
Sistem Reproduksi
Sistem
Reproduksi Conus yaitu karena merupakan anggota dari kelas
gastropoda, Conus memiliki kelamin
terpisah atau dioecious.
Fertilisasi
dapat berlangsung secara eksternal dimana conus
betina akan mengeluarkan telur (ovum) dan akan menempel pada substrat. Ovumnya
terdapat dalam sebuah kapsul dimana pada setiap kapsul berisi sejumlah ovum
yang bervariasi yang telah siap dibuahi oleh sperma.
3.3.1.4 Manfaat bagi
Kehidupan
Selain, hewan ini beracun ternyata
dapat pula bermanfaat bagi kehidupan yaitu Conus
conidae dapat diolah sebagai makanan
dan kebutuhan medis.
3.3.2 Cumi-Cumi
3.3.2.1 Morfologi
Tubuh cumi-cumi dapat dibedakan atas
kepala , leher, dan badan. Kepala cumi-cumi besar, matanya berkembang dengan
baik karena dapat berfungsi untuk melihat. Mulutnya terdapat di tengah-tengah,
dikelilingi oleh 10 tentakel, 2 tentakel panjang dan 8 tentakel lebih pendek.
Tentakel panjang berfungsi untuk menangkap mangsa dan berenang. Pada setiap
tentakel terdapat alat penghisap atau sucker. Di sisi kiri dan kanan tubuhnya
terdapat sirip yang penting untuk keseimbangan tubuh.Pada dinding permukaan dorsal
terdapat pen yang penting untuk menyangga tubuh. Seluruh tubuh cumi-cumi
terbungkus oleh mantel.

Gambar
3.3.2.1 Morfologi
Cumi-cumi dapat bergerak dengan dua
cara, yaitu dengan menggunakan tentakel dan dengan menyemprotkan air dari
rongga mantel. Bila rongga mentel penuh air, dan air menyemprot melalui sifon
menyebabkan tubuh cumi-cumi terdorong mundur. Semprotan air menimbulkan
dorongan yang sangat kuat terhadap tubuh cumi-cumi, sehingga timbul gerakan
seperti panah, itulah sebabnya cumi-cumi sering disebut panah laut
(Jasin, 1984).
3.3.2.2 Sistem Pencernaan
Organ pencernaan di mulai dari mulut
yang mengandung radula dan dua rahang yang terbuat dari zat khitin dan berbentuk
seperti paruh burung betet. Gerak kedua rahang tersebut di karenakan kontraksi
otot. Terdapat dua kelenjar ludah yang terletak di masa bukal. Kelenjar ludah
ke tiga terletak ujung anterior hati dan mensekresi racun yang akan bermuara ke
daerah rahang. Kelenjar pencernaan terdiri atas dua bagian yaitu hati yang
terdapat di anterior dan pancreas terletak di posterior. Lambung bersifat
muscular dan berfungsi mencampurkan makanan dari hasil sekresi dari kelenjar
pencernaan. Zat-zat makanan akan menuju ke dalam usus atau ke dalam sektum,
organ pencernaan berikutnya adalah rektum dan anus yang bermuara dalam rongga
mantel (Kastawi, 2003).
3.3.2.3
Sistem saraf
Sistem syaraf
terdiri atas tujuh buah ganglion yang terletak di dalam kepala, dan saraf
ganglion serebral, pedal, viseral, suprabukal, infrabukal, dan optik. Organ
sensoriik sangat berkembang dan terdiri atas mata, dua statosis dan organ
pembau. Statosis terletak di masing-masing lateral kepala dan berperan sebagai
organ keseimbangan. Terdapat pula mata, di mana mata tersebut sudah sama dengan
mata pada vertebrata (Kastawi, 2003).
3.3.2.4
Sistem Reproduksi
Suatu organisme
dapat hidup, tumbuh dan berkembang biak serta menjaga kelangsungan hidupnya
hanya dalam batas-batas kisaran toleransi, dengan kondisi faktor-faktor abiotik
dan ketersediaan sumberdaya tertentu saja (Kramadibrata, 1996).
Beberapa
cumi-cumi melakukan reproduksi dengan sexsual. Reproduksi pada cumi-cumi secara
seksual. Sistem reproduksi seksual pada cumi-cumi terdiri atas sistem
reproduksi betina meliputi ovum, saluran ovum, kelenjar kuning telur. Sedangkan
reproduksi jantan terdiri atas testis, pori genital dan penis (Kramadibrata,
1996).
3.3.2.5
Manfaat
bagi Kehidupan
Cumi-cumi sangat bermanfaat bagi kehidupan terutama pada
manusia yaitu dari segi kesehatan, cumi-cumi ini sanagat baik untuk dikomsumsi
karena, ditinjau dari nilai gizi, cumi-cumi memiliki kandungan
gizi yang luar biasa karena kandungan proteinnya cukup tinggi, yaitu 17,9 g/100
g cumi segar. Cumi-cumi juga mengandung beberapa jenis mineral mikro dan makro
dalam jumlah yang sangat tinggi. Kadar mineral yang terkandung pada Scumi-cumi
sangat bervariasi walaupun dalam satu spesies yang sama.
3.4
Crustasea
3.4.1 Lobster
Menurut
Subani, 1984 in Utami 1999, lobster dapat digolongkan sebagai binatang
yang mengasuh dan memelihara keturunannya walaupun sifatnya hanya sementara.
Lobster betina yang sedang bertelur melindungi telurnya dengan cara meletakkan
atau menempelkan butir-butir telurnya di bagian bawah badan (abdomen)
sampai telur tersebut dibuahi dan menetas menjadi larva udang. Menjelang akhir
periode pengeluaran telur dan setelah dibuahi, lobster akan bergerak menjauhi
pantai dan menuju ke perairan karang yang lebih dalam untuk penetasan.
3.4.1.1 Morologi
Menurut
Spence (1989), lobster terdiri dari kepala dan thorax yang
tertutup oleh karapas dan memiliki abdomen yang terdiri dari enam segmen.
Karakteristik yang paling mudah untuk mengenali lobster adalah adanya capit
(chelae) besar yang pinggirnya bergerigi tajam yang dimiliki lobster untuk
menyobek dan juga menghancurkan makanannya. Udang karang mudah dikenal karena
bentuknya yang besar dibanding dengan udang niaga lainnya.

Gamabar:
Morfologi
Isnansetyo dan
Yuspanani (1993) memberikan gambaran morfologi udang
karang, yaitu mempunyai bentuk badan memanjang, silindris, kepala besar
ditutupi oleh capace berbentuk silindris, keras, tebal dan bergerigi. Mempunyai
antenna besar dan panjang menyerupai cambuk, dengan rostum kecil.
Pada udang
betina endopod pada pleopod II tanpa appendix interna/stylamblys.
Muljanah et.
al. (1994) menyatakan bahwa, lobster secara
umum memiliki tubuh yang berkulit sangat keras dan tebal, terutama di bagian
kepala, yang ditutupi oleh duri-duri besar dan kecil. Mata lobster agak
tersembunyi di bawah cangkang ruas abdomen yang ujungnya berduri tajam dan
kuat. Lobster memiliki dua pasang antena, yang pertama kecil dan ujungnya
bercabang dua, disebut juga sebagai kumis. Antena kedua sangat keras dan panjang
dengan pangkal antena besar kokoh dan ditutupi duri-duri tajam, sedangkan
ekornya melebar seperti kipas. Warna lobster bervariasi tergantung jenisnya,
pola-pola duri di kepala, dan warna lobster biasanya dapat dijadikan tanda
spesifik jenis lobster.
3.4.1.2 Sistem Pencernaan
Sistem
pencernaan lobster air tawar terdiri dari mulut, kerongkongan,
lambung, usus, dan anus. Mulut terletak pada bagian anterior tubuhnya,
sedangkan esophagus, lambung, usus dan anus terletak di bagian
posterior. Hewan ini memiliki kelenjar pencernaan atau hati yang terletak di
kepala – dada di kedua sisi abdomen.
3.4.1.3 Sistem Reproduksi
Biasanya
Lobster keluar dari tempat tinggalnya ke perairan yang dalam untuk bertelur
atau kawin. Reproduksi lopster secara eksternal, dimulai setelah lopster betina
melakukan moulting.

Menurut subani
(1984) Proses yang terjadi yaitu lobster jantan meletakkan cairan kental dari
liang kelamin (Liang sperma) pada lubang pengeluaran lobster betina. Kemudian
cairan tersebut mengeras membentuk semacam kantong sperma. Setelah kejadian
tersebut lobster betina mulai mengeluarkan butir-butir telur yang berwujud
cairan kental kemudian melekat pada kaki-kaki renangnya. Selanjutnya, lobster
betina merobek kantong sperma dengan ujung kaki jalan kelima yang berupa capit
semu (Pseudo claw), dan dengan demikian terjadi pembuahan.
3.4.1.4 Sistem saraf
Sistem syaraf berupa sistem syaraf ganglion
yang tediri atas ganglion supraesofageal dan konektor. Ganglion otak
berhubungan dengan alat indera yaitu antena (alat peraba), statocyst
(alat keseimbangan) dan mata majemuk (facet) yang bertangkai.
3.4.1.5 Manfaat bagi
Kehidupan
Ø Membantu menurunkan berat badan
Ø Mencegah penyakit jantung
Ø Mencukupi kebutuhan gizi lengkap Anda
3.4.2
Rajungan

3.4.2.1 Morfologi
Ciri-ciri
morfologi kepiting rajungan (Portunus pelagicus) adalah sebelah kiri dan
kanan karapaksnya terdapat duri yang besar. Duri-duri sisi belakang matanya
berjumlah sembilan buah (termasuk duri besar). Rajungan jantan karapaksnya
berwarna dasar biru ditaburi bintik-bintik putih yang beraneka ragam bentuknya.
Sedangkan yang betina berwarna dasar hijau kotor dengan bintik-bintik seperti
jantan (Soim, 1994).

Menurut
Afrianto dan Liviawaty (1992) pada bagian perut (dada) kepiting jantan umumnya
organ kelamin berbentuk segitiga yang sempit dan agak meruncing dibagian depan,
sedangkan organ kelamin kepiting betina berbentuk segitiga yang relatif lebar dan
dibagian depannya agak tumpul (lonjong).
3.4.2.2 Sistem Pencernaan
Alat pencernaan terbagi menjadi
tiga, tembolok, lambung otot, lambung kelenjar. Didalam perut kepiting terdapat
gigi kalsium yang teratur berderet secara longitudinal, selain gigi kalsium
juga terdapat gastrolik yang berfungsi mengeraskan rangka luar (eksoskeleton)
setelah terjadi eksdisis (penegelupasan kulit). Urutan pencernaan makanannya
dimulai dari mulut, kerongkongan (esofagus), lambung (ventrikulus), usus dan
anus. Hati (hepar) terletak di dekat lambung. Sisa-sisa metabolisme tubuh
diekskresikan lewat kelenjar hijau.
3.4.2.3 System saraf
Kedua sistem ini dapat dikatakan
sebagai sistem koordinasi untuk mengantisipasi perubahan kondisi lingkungan dan
perubahan status kehidupan (reproduksi). Perubahan lingkungan akan
diinformasikan ke sistem saraf (saraf pusat), saraf akan merangsang kelenjar
endokrin agar hormon dikirim ketempat yang di tuju untuk mengeluarkan
hormon-hormon yang dibutuhkan agar merangsang organ yang teleh di tentukan dan
aktivitas metabolisme jaringan-jaringan. Sistem saraf terdiri dari system saraf
tangga tali pada system sarafnya terjadi pengumpulan dan penyatuan gangliondan
dari pasangan-pasangan gangflion dan dari pasangan ganglion keluar saraf yang
menuju ketepi alat indra berupa sepasang mata majemuk ( faset ) bertangkai yang
berkembang dengan baik.
3.4.2.4 Sistem Reproduksi
Ø Terpisah
antara jantan (♂) dan betina (♀) (dioceous).
Ø Perkawinan
rajungan terjadi pada musim panas, dimana yang jantan terlihat melekatkan diri
pada betina, kemudian menghabiskan beberapa waktu perkawinan dengan berenang
(Coleman 1991).
Ø Setelah
perkawinan kemudian rajungan bermigrasi ke perairan yang bersalinitas lebih
tinggi untuk menetaskan telurnya.
3.4.2.5 Manfaat bagi
Kehidupan
Ø Membantu daur
hidup karbon; Dalam daur hidup karbon, unsur karbon bergerak masuk dan keluar
melewati organisme. Kepiting dalam hal ini sangat penting dalam konversi
nutrien dan mineralisasi yang merupakan jalur biogeokimia karbon, selain dalam
proses respirasinya;
Ø Penyedia
makanan alami; Dalam siklus hidupnya kepiting menghasilkan ratusan bahkan pada
beberapa spesies dapat menghasilkan ribuan larva dalam satu kali pemijahan.
Larva-larva ini merupakan sumber makanan bagi biota-biota perairan, seperti
ikan. Larva kepiting bersifat neuston yang berarti melayang-layang dalam tubuh
perairan, sehingga merupakan makanan bagi ikan-ikan karnivora.
3.5
Echinodermata
3.5.1 Bintang Laut
Bintang laut
adalah hewan
dari filum Echinodermata, mereka berjalan di dasar laut dengan menggunakan lengan
fleksibel mereka untuk bergerak.

Gambar : 3.5.1
Bintang laut
Bintang ular umumnya memiliki lima lengan berbentuk
seperti cambuk yang panjangnya bisa mencapai 60 cm (2 kaki) pada spesimen
terbesar.Ada sekitar 1.500 spesies bintang ular yang hidup sekarang, dan mereka
kebanyakan dite Jenis kelamin hewan ini terpisah.
3.5.1.1 Morfologi
Sesuai dengan namanya, bintang laut mempunyai bentuk tubuh menyerupai
bintang dengan lima lengan.

Gambar :3.5.1.1 Morfologi bintang laut
Pada beberapa spesies, bintang laut tidak hanya mempunyai
lima lengan saja, namun ada yang mempunyai sepuluh, dua puluh bahakan sampai empat puluh lengan. Permukaan bagian bawah lengan itu
memiliki kaki tabung yang dapat bertindak seperti cakram untuk menyedot.
Bintang laut termasuk dalam hewan simetri radial. Diameter tubuh bintang
laut bisa mencapai 30 cm dengan tubuhnya yang berbentuk aboral. Pada permukaan
tubuh buntang aut juga terdapat duri-duri, duri-duri ini dapat menyebabkan rasa
sakit pada manusia apabila terinjak. Bahkan pada beberapa kasus, diketahui
bahwa hal ini bisa menyebabkan muntah-muntah. Tubuh bintang laut memiliki satu sisi oral (mulut) dan
aboral (atas). Duri-duri muncul dari lempeng endoskeletal melalui kulit yang
tipis. Pediselaria mirip penjepit menjaga permukaan dari partikel kotoran. Pratchet
(2001).
3.5.1.2
Sistem Reproduksi
Bintang laut dapat bereproduksi
dengan cara berikut ini :
Ø Dalam 10 menit hewan jantan mulai
membuahi si betina. Proses ini bisa menyebabkan air di sekitarnya berwarna
putih seperti susu.
Ø Dari beberapa jantan yang
membuahinya, hanya terlihat seekor betina yang dibuahi. Ia berada pada jarak
lebih dari 1 m dari jantannya.
Ø Telur tertuangkan dan mengalir terus
menerus dari beberapa gonopora ke dalam air dan langsung disebar oleh arus air.
Ø Hewan ini
melepaskan sel kelamin ke air dan hasil pembuahannya akan tumbuh menjadi larva
mikroskopis yang lengannya bersillia, disebut pluteus. Pleteus kemudian
mengalami metamorfosis menjadi bentuk seperti bintang laut dan akhirnya menjadi
bintang ular.mukan pada kedalaman lebih dari 500 meter (1.620 kaki).
3.5.1.3
Sistem Pencernaan
Alat-alat
pencernaan makanan terdapat dalam bola cakram, dimulai dari mulut yang terletak
di pusat tubuh kemudian lambung yang berbentuk kantong. Hewan ini tidak
memiliki anus. Di sekeliling mulut terdapat rahang yang berupa 5 kelompok
lempeng kapur.Makanan dipegang dengan satu atau lebih lengannya, kemudian
dihentakkan dan dengan bantuan tentakel dimasukkan ke mulut. Sesudah dicerna,
bahan-bahan yang tidak tercerna dibuang ke luar melalui mulutnya.
Ø Sistem pencernaan terdiri dari mulut, esofagus, lambung,
usus, dan anus.
Ø Sistem ekskresi
tidak ada.Pertukaran gas terjadi melalui insang kecil yang merupakan
pemanjangan kulit.
Ø Sistem
sirkulasi belum berkembang baik.
3.5.1.4
Sistem Saraf
Sistem saraf terdiri dari cincin saraf dan tali saraf
pada bagian lengan-lengannya yang mengelilingi mulut dan dihubungkan dengan
lima buah pembuluh radial ke setiap bagian lengan.
3.5.1.5
Manfaat
bagi Kehidupan
Asteroidea “Bintang
Laut” memiliki peranan dalam kehidupan, yaitu:
Ø Bintang laut biasanya
digunakan sebagai hiasan.
Ø
Bintang laut memiliki lendir yang bisa digunakan sebagai
obat pencegahan terjadinya penyumbatan pembuluh darah ( penyakit asma,
artritis, dan inflamasi lainnya).
Ø
Menjadi predator utama di ekosistem pantai berbatu di
pesisir spesifiknya mengendalikan populasi tiram biru, sehingga spesies yang
lain dapat menghuni pantai tersebut dan bivalvia tersebut tidak mendominansi
secara berlebihan.
3.5.2
Bulu Babi
3.5.2.1 Morologi
Bulu Babi termasuk Filum Echinodermata, bentuk dasar tubuh
segilima. Mempunyai lima pasang garis kaki tabung dan duri panjang yang dapat
digerakkan. Kaki tabung dan duri memungkinkan binatang ini merangkak di
permukaan karang dan juga dapat digunakan untuk berjalan di pasir. Cangkang
luarnya tipis dan tersusun dari lempengan-lempengan yang berhubungan satu sama
lain. Diadema setosum merupakan satu
diantara jenis bulu babi yang terdapat di Indonesia yang mempunyai nilai
konsumsi (Azis 1993 dalam Ratna 2002).

Gambar
: 3.5.2 Bulu Babi

Gambar
: 3.5.2.1 morfologi bulu babi
Diadema setosum termasuk dalam
kelompok echinoid beraturan (regular echinoid), yaitu echinoid yang mempunyai
struktur cangkang seperti bola yang biasanya sirkular atau oval dan agak pipih
pada bagian oral dan aboral. Permukaan cangkang di lengkapi dengan duri panjang
yang berbeda-beda tergantung jenisnya, serta dapat digerakkan (Barnes 1987
dalam Ratna 2002).
3.5.2.2 Sistem pencernaan
Sistem pencernaan pada tubuh Bulu Babi sendiri terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian oral, aboral, dan bagian diantara oral dan
aboral (Lembaga Oseanologi Nasional 1973 dalam Ratna 2002). Pada bagian
tengah sisi aboral terdapat sistem apikal dan pada bagian tengah sisi oral
terdapat sistem peristomial. Lempeng-lempeng ambulakral dan interambulakral
berada diantara sistem apikal dan sistem peristomial. Di tengah-tengah sistem apikal
dan sistem peristomial termasuk lubang anus yang dikelilingi oleh sejumlah
keping anal (periproct) termasuk diantaranya adalah keping-keping
genital. Salah satu diantara keping genital yang berukuran paling besar
merupakan tempat bermuaranya sistem pembuluh air (waste vascular system).
Sistem ini menjadi ciri khas Filum Echinodermata, berfungsi dalam pergerakan,
makan, respirasi, dan ekskresi. Sedangkan pada sistem peristomial terdapat pada
selaput kulit tempat menempelnya organ “lentera
aristotle”, yakni semacam rahang yang berfungsi sebagai alat pemotong
dan penghancur makanan. Organ ini juga mampu memotong cangkang teritip, molusca
ataupun jenis bulu babi lainnya (Azis 1987 dalam Ratna 2002).
3.5.2.3
Sistem
Reproduksi
Pada umumnya bulu babi berkelamin terpisah, dimana jantan
dan betina merupakan individu-individu tersendiri. Spesies gonochorik secara
khusus memiliki rasio seks sendiri dan jarang bersifat hemafrodit. Munculnya
hemafrodoitisme pada Tripneustes gratilla adalah 1 dari 550 individu.
Pembelahan bulu babi terjadi secara eksternal, dimana sel telur dan sel sperma
di lepas ke dalam air laut di sekitarnya (Sugiarto dan Supardi 1995 dalam
Ratna 2002). Gonad jantan dan betina pada bulu
babi juga sulit dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Secara
kasar hanya warna yang digunakan untuk membedakan gonad. Misalnya pada bulu babi Paracentrotus
livindus, gonad jantan berwarna
kuning sedangkan betina berwarna orange.
3.5.2.4
Manfaat
bagi Kehidupan
Peranan Bulu Babi dalam Ekosistem Lingkungan
selain pemanfaatannya sebagai bahan pangan, biota ini
juga sangat berperan dalam kesetimbangan ekosistem habitatnya. Seperti peran Diadema
antillarum bagi terumbu karang diantaranya yaitu, peningkatan jumlah
populasi jenis ini mengakibatkan kematian larva atau karang muda. Bila
populasinya turun (absence grazing) karang akan ditumbuhi oleh alga yang
dapat berakibat pada kematian karang dewasa dan tidak adanya tempat bagi larva
karang. Kehadiran populasi jenis ini penting bagi terumbu
karang sebagai penyeimbang. Kesetimbangan populasi Diadema antillarum akan
menjaga kesetimbangan populasi alga dan karang.
3.6
Rhynchocoela
3.6.1 Morfologi

Gambar 3.6.1 Lineus longissimus
Ini
adalah spesies nemertean terpanjang dikenal. Individu 5-10 panjang yang tidak biasa.
Spesies ini memiliki tubuh yang lembek yang, ketika terganggu, kontrak dan
meluas dalam serangkaian gelombang otot tidak teratur. Ketika menangani hewan
menghasilkan jumlah berlebihan dari lendir yang agak kental yang memiliki bau
samar tajam. Rentang warna dari coklat coklat hitam zaitun-coklat atau kaya
individu muda ke kehitaman-coklat atau hitam pada hewan yang lebih besar.
Seringkali sebuah permainan warna keunguan berkedip jelas di atas permukaan
tubuh yang disebabkan oleh aktivitas silia epidermal. Tubuh mungkin muncul
melesat dengan garis-garis membujur pucat, terutama pada permukaan dorsal
anterior, dan margin lateral individu yang mengandung gonad matang sering
memiliki pucat kehijauan-coklat warna (L. Longissimus). Bagian perut warna mungkin
sama atau sedikit lebih pucat daripada permukaan dorsal. The cerebral ganglia
acara pink ke merah melalui epidermis. Ada 10-20 mata coklat kemerahan atau
hitam cekung diatur berturut-turut
pada setiap sisi moncong.
3.6.2 Sistem Pencernaan
Karena
termasuk dalam kelas Anopla , proboscis mereka tidak dilengkapi dengan alat
pemotong yang tajam. Tetapi mereka memiliki seperti famen yang lengket ( Sticky
filaments ) apa ujung proboscis mereka untuk menagkap mangsa.
Sistem
pencernaannya Berlawanan dengan flatworms, pada anggota phylum Nemertea ini
menguasai suatu dubur/pelepasan . Yang dihubungkan Dengan jalan searah
bergeraknya makanan dari mulut ke dubur/pelepasan yang ditemukan berbagai
derajat tingkat spesialisasi regional kedua-duanya yang fungsional dan struktural
di dalam anggota cacing pita.. Usus berada di arah midgut, yang lurus tetapi pada umumnya
membawa banyak diverticula cabang samping. Di dalam Malacobdella, usus dengan
bebas bergulung dan kekurangan diverticula.
3.6.3 Sistem Reproduksi
Bersifat hermafrodit,
terdapat alat kelamin jantan dan betina. berkembang biak dengan cara seksual
maupun aseksual.
3.6.4 Sistem Saraf
system syaraf yang
berkembang baik dengan simpul syaraf pusat di kepala dan suatu jaringan syaraf
yang menghubungkan berbagai organ tubuh dengan organ sensor.
3.6.4 Mannfaat Bagi
Kehidupan
Sampai sekarang peranan bagi
kehidupan di gunakan sebagai umpan untuk menangkap ikan atau hewan laut dan
juga dapat digunakan sebagai bio indikator air bersih.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Adapun
kesimpulan yang saya dapat simpulkan pada laporan yang saya buat ini yaitu ada
beberapa hal diantaranya:
Ø Filum
Mullusca jika dilihat dari segi
morfologi secara umumnya dapat dikatakan itu hamper sama, begitu juga dengan filum
yang lainnya.
Ø Dalam
satu filum terdapat beberapa jenis kelas dan terdiri dari beberapa spesies.
Ø Ada
beberapa filum yang spesiesnya hampir sama satu yang lainya, baika dari segi
struktur tubuh maupun dari sisitem reproduksinya.
Ø Setiap
filum avertebrata air banyak sekali meiliki manfaat bagi kehidupan, baik itu
peranan terhadap lingkungan maupun untuk kesehatan manusia.
B. Saran
BAB V
DAFTAR PUSTAKA
Neil A. Campbell, Jane B. Reece,
Lawrence G. Mitchell.2004.BIOLOGI Edisi
Kelima-Jilid 2.Jakarta:Erlangga.
Anonim. 2007. Upaya
Komersialisasi Cacing Tanah. http://agribisnis.tripod.com-cacing.
Jpg&imgreful.
Aslan, dkk., 2007.
Penuntun Praktikum Avertebrata air. Fakultas Perikanan
dan Ilmu Kelautan. Universitas Haluoleo. Kendari.
Brotowidjoyo, 2001. Zoologi Dasar. Erlangga.
Jakarta.
Romimohtarto dan Juwana.
2001. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.
Suwignyo, S. dkk.
2005. Avertebrata air. Penebar Swadaya. Jakarta
Aryulina D. 2004. Biologi SMA untuk
kelas X. Jakarta: Esis. Hlm.212.
Sumich JL, Dudley GH. 1992. Laboratory
and field investigations in marine biology. Ed.5. Page. 213
Walters GE, et al. 1998. Bottom
trawl survey of the eastern Bering Sea continental shelf.Page. 201-203.
Nybakken JW. 1986. Readings in
marine ecology. Ed.2. Page.289-291.
Zhong Y, Dong W. 1999. Zoological
studies. Jilid. 38.Page. 114.


